Kami adalah dari keturunan Allahyarham Hj Othman B. Abdullah (14 November 1995) dan Allahyarhamah Hjh Mariyam Bt Hj Alus (15 April 2004). Kami berasal dari Kampung Merlimau, Melaka. Mempunyai 10 orang adik beradik - 3 lelaki dan 7 perempuan dan 10 menantu. Jumlah keseluruhan cucu ialah 44 (termasuk Allahyarhamah Nursyarfina Bt M. Ali Akbar dan Allahyarhamah Farah Bt M. Latifi). Lelaki berjumlah 19 org dan perempuan 25 (23 yg ada). 12 org telah mendirikan rumahtangga menghasilkan 9 orang cicit (6 lelaki dan 3 perempuan).

Jumlah keseluruhan ahli keluarga kami pula ialah seramai 82 orang... dan akan bertambah bila-bila masa dari sekarang.



Saturday, May 9, 2009

(KHAS) Nukilan Seorang Ibu...

Seawal pagi lagi, seusai solatku, ibu jadi tidak keruan. Fikiranku seakan memusat. Seperti jua hari2 jumaat yang lalu, hampir setiap kalinya ibu akan sendirian di situ. Ibu cuba menjadi diri sendiri. Biarpun itulah yg paling sukar untuk ibu lakukan. Jiwa ibu benar-benar pamit. Kenangan 5 tahun lalu masih sukar untuk ibu lontar jauh-jauh dari hati ibu. Itulah ibu. Seorang ibu yang melahirkan kamu, sayang dan kasih ibu masih kuat terhadap kamu, anakku !
Duhai sayang !
Belahan hati pujaan ibu seorang
Apa kabar dirimu saat ini, nak?
Anakku !
Inilah suara hati ibu untukmu
Tanda cinta ibu yang tiada tepi,
biarpun engkau telah jauh dari sisi ibu


Keadaan ibu 3 jam selepas melahirkan kamu, anakku !
Anakku sayang !
Izinkan ibu bertutur tentang dirimu, nak. Kepada semua orang, ibu ingin bercerita tentang betapa namamu selalu menggoreskan berjuta kenangan. Engkaulah belahan jiwa, yang pernah tidak ibu harapkan awal kehadiranmu. Namun, ternyata dari dirimu jua ibu dapat belajar tentang makna ikhlas dan sabar, anakku !
13 November 1996
Ya Allah, amanahMu telah lahir untuk menyapa dunia. Ini ibu, sayang ! Kemarilah, agar dapat kau hirup air susu beraroma surga, anakku. Akan ibu tawarkan pula cintanya seorang ibunda. Esak tangismu terdengar sungguh indah, nak..seperti bayi-bayi lainnya. Namun entahlah, gerakan bola matamu seakan tidak seia dengan gembira ibu, anakku !
1997
Setahun telah berlalu. Engkau terlihat sungguh berbeza, tidak seperti kedua kakak perempuanmu. Ada apa denganmu, nak? Kudakap dirimu, biar dapat aku alirkan kekuatan cintanya seorang ibu.
Bersabarlah anakku ! Saat dimana banyaknya alat-alat menyiksa tubuh kecilmu, anakku. Jangan! Jangan kau tatap wajah ibu dengan sorot mata penuh bertanya, mengapa? Kalaulah engkau tahu, anakku, ibu jua tidak cukup tega untuk melihatmu diperlakukan seperti itu.
Namun syukur kepada Allah. Engkau diperkira normal saat itu anakku, walau harus lagi mengalami beberapa kali pemeriksaan. Oh ! Tuhan..!Tapi aku ini ibumu, nak dan dari rahim ini engkau ada di dunia. Batin ini tak dapat dibohongi, karna engkau dan ibu disatukan oleh ikatan hati. Ibu biarkan air mata ibu berterusan berkaca, ketika engkau yang masih kecil kembali lagi diperiksa. Saraf, otak, juga pembuluh darah bersama alat-alat yang benar2 menyakitimu, anakku..ibu pasrah ketika itu !
Ibu tidak punya daya untuk membantu menahan sakitmu, anakku..sekadar merenung ditabir kaca bersama mata yg berkaca, anakku !Anakku sayang !Engkau pasti sakit. Kalaulah boleh, biar saja ibu yang merasai itu segala. Tapi bertahanlah, kerna selalu ada ibu di sisimu...terus menemanimu, anakku !
September 1998
Astaghfirullah ! Awan dilangit menjadi resah, hitam kelam, merah dan putih gelisah. Rusuhan terjadi di mana-mana. Anwar Ibrahim kian mengila. Laskar reformasi sedang melata. Dan orang tuamu ini pun terkena kesannya. Ayahmu yang bekerja di perusahaan asing telah diberhentikan dari pekerjaannya. Tak lama kemudian, kita juga harus pindah dari rumah ini anakku. Tak cukup hanya itu, sayang. Ternyata hasil pemeriksaan terbaru benar-benar membawa khabar buruk, dirimu mengalami kelainan kromosom dengan translokasi Robertson, wahai anakku..oh Tuhan !
Anakku !
Air mata ini rasanya tak akan pernah mengering. Tak kunjung usai cubaan yang datang menghampiri kita. Semoga ini tanda Allah sayang kepada hamba-hambaNya.
1999
Anakku ! Dirimu mulai terlihat gagah. Lihatlah, engkau mulai belajar menapak meskipun penuh payah. Melangkahlah terus sayang, walau goyah. Ucapkanlah kata yang kau bisa, karna ibumu bahagia mendengarnya. Tataplah dunia, dengan juling bola mata dan tebalnya kacamata. Bukankah dengan itu pun dapat kau lihat keindahan alam semesta?
2000-2002 (keletahmu buat ibu gembira)
Alhamdulillah...Syukur tak henti ibumu ucapkan kepada Allah. Begitu banyaknya orang yang menyayangimu, anakku. Sahabat dan saudara jelas mengakrab. Persahabatan memang indah, kerana saat resah kita dapat berbagi duka. Dan kau mula melangkah ke tadika pendidikan khas di bandar B. Kadang ibu sering bertanya, mengapa mereka begitu memperhatikanmu, sayang. Tapi ibu tahu jawabannya, hanya cinta yang dapat mengikat hati-hati kita.
Julai 2003
Waktu terus bertamu dan pamit. Dan di setiap saat itu juga, ibu tatap wajahmu ketika lelap. Perlahan, ibu ciummu dengan mesra. Tak lupa ibu bersyukur melihat dirimu kian membesar dan berkembang, meskipun semakin jelas tampak berbeza. Kehadiranmu semakin mengisi setiap sudut hati ibumu. Melahirkan kasih putih yang berlimpah ruah. Menciptakan rasa cinta yang begitu menghairah. Rasa itu semakin hari membuat ibu menjadi khuatir kehilanganmu, anakku !Namun...Adakah wajar seorang ibu yang tidak takut kehilangan buah hatinya? Kepada Allah jua kumohonkan do'a, agar Allah selalu menjaga dirimu, sayang ! Buah hati ibu.
Jumat, 11 Oktober 2003
Hari ini, engkau mengeluh bila kepalamu kian memberat. Peluh memercik didahi dan bawah matamu. Tak perlu bimbang, kata doktor yang merawatmu dua hari setelah itu. Namun besoknya tubuhmu menggigil. Apakah engkau keracunan ubat, annakku ? Teguklah, air kelapa hijau yang ibu beri kepadamu. Ternyata kini dirimu terkena demam berdarah, ketika Selasa menjelang maghrib ibu bawa dirimu ke rumah sakit di bandar B. Ibu resah ketika itu.Ya Allah...Ternyata engkau anakku harus di rawat dan ditahan di Unit ICU, rumah sakit ini , sayang. Cubalah untuk istirehat, pejamkan mata di ruangan serba putih itu, wahai permata ibu.
Rabu, 16 Oktober 2003:Pukul 4.50 pagi
Ibu dikejutkan bila terdengar di sunyi subuh engkau berteriak, sakit. Kejang! Tubuhmu bagai menggelepar. Sabar dan cubalah untuk tabah, anakku. Namun ibu dapat rasakan aura sakaratul maut itu perlahan mulai merenggut, perlahan dan pamit bersama airmata kasih luhor ibu, anakku, mari-lah ibu tuntunmu, anakku, ikuti apa kata ibu..Laa ilaha illa Allah...Ammar Hayat, anak ibu, Laa ilaha illa Allah...kemudian, matamu menatapku. Duhai.., inikah tanda akan perpisahan itu ya Allah ?
Pukul 5.26 pagi
Akhirnya...usai sudah perjalanan hidupmu di dunia fana. Pergilah dengan tenang, anakku. Biarkan jiwa sucimu melayang, di dakap bersama selimut kasih sayang para Malaikat. Ibu dan ayahmu juga kakak-kakakmu ikhlas, wahai anakku. Juraian esak dan tangis kami mengiringi pemergian rohmu, anakku ! dan Allah lebih menyanyangi dirimu, anakku.Anakku sayang permata ibu !Suatu saat, pernah tidak ibu harapkan akan kehadiranmu di rahim ibu. Sering pula ibu menangis kerana menolak kehendakNya menitipkan dirimu buat ibu. Bila menurutkan kata hati ini, sekarang pun ibu ingin kembali menangisi pemergianmu, anakku.
Tapi ibu malu kepada Allah, karena Allah itu lebih tahu tentang makna cinta. Berapa juga besarnya yang ada pada manusia, tapi Allah-lah Sang Pemilik Cinta.Selamat jalan, sayangku ! Bermainlah di alammu di sana, bercanda rianglah penuh tawa. Semoga pula Allah mengampuni segala dosa yang pernah ibu lakukan. Percayalah, betapa sebenarnya ibu teramat sayang kepadamu. Tunggulah ibu, anakku. Nanti akan kembali ibu pelukmu sepenuh hati ibu !
Al-Faatihah buat anakku Ammar Hayat.
Artikel Khas ini disediakan oleh alBanjari Online sempena Hari Ibu - kasih Ibu sepanjang hayat ! HARGAILAH ia selagi ia masih hidup dan berada disisi kalian !
dipetik dari blog wak banjar http://politikbanjar.blogspot.com/

No comments: